Tuhan memerintahkan kepada setiap orang tua agar tidak mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru atau pengajar bagi anak-anaknya, secara khusus berkaitan dengan kerohanian anak-anaknya. Perintah ini harus disadari betul oleh setiap orang tua sehingga tidak mengabaikan tanggungjawbanya lalu menyerahkan tanggungjawab tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada guru sekolah minggu, guru agama, maupun pembinaan rohani di Gereja.
Kitab ulangan mengingatkan kepada orang tua tentang pentingnya pembinaan rohani bagi anak-anak. Hal ini ditekankan dan dilakukan sepenuhnya mulai dari keluarga. (Ulangan 6:4-7) (Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa Kasihilah TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu). Jadi, sejak anak 0 tahun anak telah dididik oleh orang tuanya untuk mengenal Tuhan.
Pada masa pembuangan di Babilonia (500SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah tempat ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman Tuhan kembali, termasuk diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orang tua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diijinkan pulang ke Palestina, maka mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah Sinagoge di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Waktu Tuhan Yesus, masih kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi yang lain, menerima pengajaran Taurat di sinagoge. Dan pada usia 12 tahun Yesus sanggup bertanya jawab dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1Tim. 3:15) gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.
Pada abad-abad pertama Masehi, bangsa Yahudi mengadakan semacam sekolah dasar yang disebut “beth-ha-sefer” ; “artinya rumah sang kitab” (beth = rumah; sefer = kitab). Disekolah inilah pengetahuan tentang Taurat diajarkan kepada anak-anak Yahudi. Taurat dibaca berulang-ualng dan anak-anak wajib menghafalnya secara seksama dan harfiah. Sekolah ini bukanlah lembaga tetap yang terdapat dibanyak tempat, melainkan hanya kumpulan murid yang diberi pelajaran oleh para ahli Taurat. Sejak usia 6 atau 7 tahun, seorang anak dibawa orang tuanya ke sekolah itu. Tapi tujuannya bukan untuk memperoleh pendidikan umum, melainkan khusus mempelajari pengetahuan tentang Taurat. Itulah sebabnya sekolah “dasar” itu disebut “beth-ha-sefer”, rumah kitab.
Tingkat yang lebih tinggi untuk pengajaran hukum di beth-ha-sefer diberikan di “rumah pengajaran” , beth-ha-midrasy (beth = rumah; midrash = pengajaran). Tujuan sekolah ini bukan hanya untuk mempelajari isi Taurat, tapi yang utama adalah penelitian mengenai manfaat dan maknanya. Yang diutamakan disitu bukan semata-mata memahami Taurat sebagai ilmu, tapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi sejak dini anak-anak sudah dibiasakan menaati peraturan agama.
- Usia sekitar 5 tahun anak-anak mulai diberi pelajaran dasar membaca Taurat.
- Usia 10 tahun mulai diberi pengajaran yaitu, mishna (secara harfiah “bahan ulangan” yang perludihafalkan.
- Usia 12- 13 tahun anak-anak wajib menaati sepenuhnya peraturan hukum Yahudi, yaitu mitswoth. Pada tahap ini anak laki-laki telah dianggap sebagai “anak-anak hukum Taurat”, yaitu bar- mitswa.
Berdasarkan pengajaran Alkitab, maka setiap orang tua yg mengerti tanggungjawab dan prinsip pengajaran Alkitab, dalam konteks kerohanian tidak bisa menyerahkan sepenuhnya bagi guru disekolah ataupun guru-guru sekolah minggu digerejanya. Tetapi secara teratur mengawasi dan terus mengajar tentang siapa Tuhan kepada anak-anaknya didalam setiap kesempatan dan setiap waktu. Inilah yg yg dikehendaki dan diperintahkan oleh Tuhan kepada setiap orang tua. Adanya guru agama di sekolah dan guru sekolah minggu digereja tidak berarti orang tua melepaskan tanggungjawabnya untuk mendidik dan menjadi model bagi anak-anaknya. Oleh karena perintah Tuhan jelas ditujukan kepada orang tua.
Pertanyaan, apakah saudara sudah menjadi guru yg baik bagi anak saudara ?
Sumber : berbagai sumber